Jadi Tua..? It's A Must..!

Jadi tua?
Why not..
Teeettt.. Sorry! Wrong answer guy's!

Jadi tua bukan pilihan, sob! Tapi kewajiban. Keharusan. Kepastian. Tentunya dengan catatan kalo jatah umur kita emang mencukupi untuk masuk kategori tua. Yang gue maksud di sini, bener-bener tua loh, sob! Yah, paling nggak udah di atas 63 tahun. Selain patokan umur, mungkin kerutan di wajah dan minimnya jumlah gigi dimulut kita bisa di jadikan salah dua patokan lagi buat seseorang yang bisa disebut tua. Sekali lagi! Bener-bener tua. Bukan orang yang sok tua.

Ada sebagian yang nerimo, ada juga sebagian orang yang takut banget terlalu cepat memasuki fase itu. Being an old one! Gak ngerti juga. Padahal jadi tua bukan sebuah tindak kejahatan atau film horror yang bikin bulu kuduk kita merinding. Jadi tua juga bukan sesuatu yang bikin hidup kita gak jadi bernilai. Jadi tua itu memang jalan protokol yang harus dilewati oleh semua mahluk hidup di dunia ini. Gak pandang bulu. Mau manusia, hewan atau tumbuhan. Mungkin bedanya dengan manusia, hewan atau tumbuhan gak perlu pake tongkat atau mungkin mengenakan kacamata di usia senjanya kelak.

Seperti yang gue bilang sebelumnya. Jadi tua juga bukan sebuah hal yang membuat kita jadi tidak berarti lagi buat orang lain. Banyak koq orang yang sudah memasuki usia tua yang masih bisa menunjukkan kredibilitasnya sebagai someone yang bisa dibanggakan. Gak perlu jauh-jauh liat orang lain. Liat aja kakek atau nenek kita masing-masing. Mereka semua hebat. Paling nggak, mereka udah sukses bikin formula ampuh yang akhirnya menghasilkan orang tua yang menjadi cikal bakal kemunculan kita di jagad ini. Contoh simpelnya, gue yakin kalo Presiden kita Pak SBY ataupun wakilnya Pak JK, bakal berterimakasih banget sama kakek dan neneknya masing-masing karena telah melahirkan orang tua mereka sebagai media kemunculan mereka di dunia ini. Hebat gak tuh..

Almarhum Pramudya Ananta Toer bisa jadi salah satu contoh kongkrit. Bagi pencinta dunia sastra, nama ini sudah bukan nama biasa. Sekilas Info aja yah.. You know what, di tahun 2001, ketika usianya 76 tahun, beliau masih mampu menerbitkan karya Fiksi berjudul Cerita dari Digul. Setahun sebelumnya beliau malah menerima penghargaan Fukuoka Asian Culture Grand Prize dari pemerintah Jepang. Dan tokoh sastra yang lahir pada tanggal 6 Februari di Blora, Jawa Tengah, 82 tahun yang silam ini, mulai menggeluti dunia sastra ketika beliau masih berusia 22 tahun. Dan ia terus bergelut hingga akhir hayatnya. Gak usah ngebayangin berapa banyak karya yang sudah ia hasilkan. Banyak banget! Dari karya Fiksi, Non Fiksi, Cerpen, Puisi, atau bahkan terjemahan-terjemahan karya berbahasa Indonesia. Semua karyanya pasti akan tetap hidup dan menjadi bagian dari sejarah sastra negeri kita, meski beliau pada akhirnya harus menghadap Yang Maha Kuasa pada 30 April 2006 silam.
( Sumber : www.tokohindonesia.com )

Atau juga seorang Nanny Anastasia Lubis. Bagi dunia tari, nama ini juga mungkin tak asing. Beliau adalah pendiri sekolah tari (Balet dan Senam) terkemuka di Indonesia, Namarina. Puteri keturunan Batak yang lahir di Tegal, Jawa Tengah 24 November 1926 ini mendirikan sekolah bagi para calon penari balet itu pada tanggal 30 Desember 1956. Dan ia memimpin Namarina sampai akhir hayatnya, ketika ia menginjak usia 67 tahun, tepatnya pada tahun 1993.
( Sumber : www.tokohindonesia.com )

Gue bilang juga apa. Menjadi tua tidak membuat segalanya berakhir tanpa arti. Menjadi tua tidak pula membuat seseorang menjadi mandul akan prestasi dan penghargaan. Menjadi tua adalah sebuah hal yang menarik! Kadang malah lucu dan menggemaskan. Menjadi tua seakan membuat seseorang kembali layaknya seorang anak kecil yang mendambakan kasih sayang, perhatian, bahkan sentuhan yang penuh kelembutan. Perhatiin deh para Grandma dan Grandpa di sekitar kita. Tingkah mereka kadang bisa membuat kita tertawa. Namun kadang juga bisa membuat kita termenung dan terseret dalam kegalauan.

Kakek gue dari nyokap contohnya. Kakek gue tersayang itu bisa sangat membuat gue sedih dan terharu ketika ia merengek manja layaknya anak kecil yang mau minta dibelikan permen sama orang tuanya, tapi ia sendiri malu bilangnya. Terutama ketika menginginkan sesuatu dari gue. Biasanya sih kalo dia lagi pengen banget makan buah apel kesukaannya. Atau ketika dia lagi sakit. Apalagi pas nenek gue, jantung hatinya, meninggalkan dia lebih dulu menghadap Allah SWT. Mmm.. gak kuat gue ngeliatnya. Untungnya doi bukan tipikal orang yang seneng ngeluh. Sedih pasti sangat mendalam dia rasakan, tapi itu gak membuat dirinya jadi orang yang lemah. Simpelnya, hidupnya dibawa happy aja.

Tapi di lain kesempatan doi bisa sangat membuat gue tertawa dengan keluguannya. Dengan canda dan keisengannya. Pernah suatu ketika, dia ngerjain gue dan nyokap gue. Awalnya dia manggil gue ke rumahnya yang kebetulan cuma berjarak 30 meter gitu dech dari rumah gue. Dia minta gue untuk sedikit ngasih tau sepupu gue yang masih kecil yang ngambek karena gak dibeliin mainan. Gak taunya pas gue sampe sana, belum sempet gue negur sepupu gue, gue langsung sadar kalo yang gue kira sepupu gue yang lagi telungkup di tempat tidur layaknya anak kecil lagi ngambek itu ternyata cuma bantal guling yang dikasih baju dan celana lengkap dengan kepala dari replika kepala plus rambut yang biasa kita temui di salon. Huahahaha.. Gue gak sepenuhnya ketipu. Gak seperti nyokap gue yang tertipu mentah-mentah setelah itu. Nyokap gue malah sempet marah-marahin dan nasehatin tuh 'boneka' lagi. Huahahahahahahahaha.. Kakek gue emang gila. Tapi karena itu gue sayang banget sama dia. Di dalam gila dan isengnya dia ada sayang dan perhatian yang mendalam ke diri gue. Dalam banyolan dan celetukan lucunya tersirat rasa cintanya buat gue. Damn! I'm so in love with him..

Lanjut..

Gue punya cerita menarik yang pengen gue bagi di sini. And It's a real story..
Gue pernah ketemu sama sama seorang kakek berusia 100 tahun dan dua orang nenek yang masing-masing berusia 125 dan 135 tahun. Hebat gak tuh! Kebetulan waktu itu gue didaulat jadi bintang tamunya Bunda Dorce di acara Dorce Shownya dia. Gue dapet peran jadi kakek-kakek gitu dech. Gak pantes banget! Hehehehe..
Yang cowo namanya 'Kong Icang. Lucu banget. Giginya udah abis. Tanpa sisa sedikitpun. Dan orangnya emang lucu. Udah kaya anak kecil banget deh. Yang pasti gue dan dia sama-sama mengalami kesulitan pada saat itu. Gue sulit mengartikan pembicaraan dia, secara giginya udah finish semua. Yang ada ketika maksudnya berbicara, dia malah terlihat seperti bergumam. Di sisi lain, dia juga agak sulit menangkap pembicaraan dan maksud pertanyaan yang gue ajukan ke dia dengan baik. Communication discinnect! Gue kemana, dia kemana. tapi di situ letak serunya. Apalagi waktu dia cuma bisa tersenyum, meski mungkin maksudnya tertawa ketika gue coba nyomblangin dia dengan Bunda Dorce. Hehehe.. Gue jadi inget sama kakek gue, meski umurnya masih dibawah 'Kong Icang.

Gak beda jauh dengan Nyi Ani yang berusia 125 tahun. Bunda Dorce juga agak kesulitan berkomunikasi dengan beliau. Maklum lah. Semakin tua umur seseorang, semakin menurunlah fungsi organ tubuh yang dimilikinya. Terutama pendengarannya. Nyi Ani hanya menyisakan satu gigi di mulutnya. Dia terpaksa tetap duduk di kursi rodanya yang biasa ia gunakan sehari-hari.

Yang agak 'aneh' menurut gue malah nenek yang satu lagi. Umurnya 135 tahun. Tapi dia masih bisa menangkap pembicaraan yang sedang berjalan dan menjawab pertanyaan yang di ajukan jauh lebih baik dari kedua temannya yang ada di situ. Seingat gue, giginya malah masih jauh lebih banyak dari yang lainnya. Mmm.. What's wrong?
Rasa penasaran gue sedikit terobati ketika gue menanyakan 'keanehan' itu kepada seorang Dokter yang juga diundang dalam acara itu. Dia cuma bilang, kalo dia malah gak yakin dengan kebenaran umur mereka. Karena menurut dia gak ada data otentik yang bisa mendukung semua itu. Masuk akal. sama dengan pemikiran gue juga, kalo memang susah mencari data yang sah tentang umur seseorang yang lahir jaman dulu, ketika masalah bukti identitas dan pengarsipannya gak sehebat masa kini. Orang dulu kalo ditanya kapan lahirnya aja mungkin banyak yang gak tau kapan persisnya. Jawaban klisenya cuma satu.. "Kayanya sih bareng pohon nangka di depan rumah di tanem!". Nah, masalahnya pohon nangka gak punya KTP alias Kartu Tanda Pohon yang menjelaskan kapan tanggal lahirnya doi.

Ya sudah lah yaw.. Intinya gue cuma mau bilang juga. Kalo gue pada saat itu jadi ngebayangin, gimana rasanya kalo gue sudah memasuki usia mereka. Apa jadinya gue? Apa gue setangguh mereka dalam menjalani hidup? Apa gue akan sehebat mereka dalam mengarungi pahit getirnya kehidupan? Dan pertanyaan yang paling mendasar adalah, apakah Allah SWT mau memberikan umur yang panjang buat gue supaya gue bisa merasakan masa-masa seperti mereka?

Mmm.. Cuma waktu yang bisa jawab!

Last but not least..
Kita semua mungkin pernah denger ungkapan ini :
Ingat lima perkara, sebelum lima perkara..
•SEHAT sebelum SAKIT..
•MUDA sebelum TUA..
•KAYA sebelum MISKIN..
•LAPANG sebelum SEMPIT..
•HIDUP sebelum MATI..

Gak perlu dijelasin. Karena kita semua pasti orang pintar, meski gak minum Tolak Angin.

Selamat menempuh hidup. Selamat berjalan perlahan menuju senja.

Dan..

Selamat adalah nama merk biskuit di negara kita tercinta. Indonesia.

Merdekaaaa..



East Jakarta. 09.04.07. 19:43 wlg.
0 Responses