Jangan Pernah Takut..

Who am i? Siapa gue?

Jawabnya, gue bukan siapa-siapa dan belum jadi siapa-siapa.

Gilaaa.. Sebulan ke depan, umur gue bakal genap 29 tahun. Insyaallah. Sebuah umur yang lumayan banyak. Seperempat abad lebih. Kadang gue bisa sangat enjoynya dengan hidup gue. Kadang gue juga bisa sangat terpuruk dengan ke'tua'an gue. Hahaha.. Gaya dan laganya aja kaya anak kecil, tapi kalo liat KTP langsung merasa kerdil.

Entahlah, gue sendiri sebenernya gak begitu mau mikirin. Tapi jujur adakalanya gue merasa kalo sekarang bukan saatnya lagi gue main-main dengan hidup gue. Bersantai dengan semua kondisi yang ada. Being Old tanpa pernah jadi apa-apa.

Belum banyak yang gue hasilkan selama perjalanan hidup gue ini. Gue rasa terlalu sering jeleknya ketimbang bagusnya. Hehehe.. Secara gue cukup sadar diri dengan kapasitas gue sebagai manusia biasa yang hobi banget bikin dosa ketimbang nabung pahala. Mau jadi apa gue kelak? Gak pernah gue bayangkan. Yang pasti gue memang tipikal cowo standart yang lebih seneng menjalani hidup layaknya air mengalir atau angin berhembus. Bergulir begitu saja tanpa terlalu memikirkan hal yang cuma bikin kepala gue jadi kebelah dua.

Begitupun tentang cinta yang kerap butakan mata. Yang sering gue alamin dan selalu berakhir dengan dilema. Lelah sudah mencari yang tak nyata. Karena sekarang gue sudah punya yang teristimewa. Satu tahun atau mungkin dua tak jadi masalah. Selama gue bisa tetap bersama merajut mimpi walau mungkin hanya akan jadi angan belaka.

Gue bukan dewa. Karenanya gue gak bisa berbuat sesuka jiwa. Keinginan yang menggebu akhirnya cuma semu adanya ketika semua yang gue punya tak berarti apa-apa dan diri gue yang biasa ini cukup puas dengan semua yang gue terima. Gue memang harus terus maju. Gak peduli dengan rintangan yang bakal mengganjal dan mungkin membuat gue jenuh. Gue harus hadapi semua dengan lapang dada karena gue yakin semua pertanyaan ada jawabannya. Semua masalah ada solusinya. Semua keraguan ada penjelasannya.

Seperti juga halnya nilai sebuah cinta. Sekarang atau nanti tak akan berakhir sama. Ada jalan dan cara yang berbeda untuk melangkah menuju ke arah sana. Entah mana yang harus gue pilih. Kanan atau kiri. Bahagia atau kesedihan yang ujungnya mungkin membuat gue mati berdiri.

Saat ini gue harus bersikap realistis. Satu yang gue ingat, sesuatu yang dipaksakan gak akan pernah berakhir dengan hasil yang manis. Tak beda jauh dengan angan gue yang terlalu puitis dan kerapkali bikin gue tersenyum miris.

Gue punya cerita yang orang lain mungkin tak punya. Gue punya kisah yang mungkin manusia lain ingin mengalaminya. Cerita yang sederhana tapi begitu membuat hidup gue penuh warna. Kisah yang biasa dengan seseorang yang tak biasa. Jujur saja, bukan kegalauan yang coba hadirkan dari awalnya. Tapi keindahan yang coba gue suguhkan dengan segala keanggunannya.

Indah dan anggun yang terangkum dalam satu asa. Indah dan anggun yang terbesit dari satu jiwa. Indah dan anggun yang terajut dalam satu nama.. Hanya Dia seorang saja..

Akhirnya semua memang harus berjalan sebagaimana mestinya. Tak ada yang harus disalahkan dengan kondisi yang sedang kadang membingungkan. Berujar ataupun bersikap semua hanyalah pilihan. Kalah atau bertahan sepenuhnya kita yang menentukan. Suka atau duka harus kita terima sebagai sebuah kenyataan.

At the end..

Jangan pernah takut untuk berusaha, karena semua ada waktunya.

Jangan pernah takut untuk mencoba, karena tiap hidup ada resikonya.

Dan..

Jangan pernah takut untuk melangkah, karena kita tak akan pernah tahu apa yang terjadi dalam kehidupan kita selanjutnya..


PinggirJakarta.SebelasAprilDuaribudelapan.

Fuiihh.. Finally..!

Horeeeeeee..

Fuiihh.. Finally..

Tanggal 7 April 2008. Malam hari. Dimobil gue perjalan pulang ke rumahnya. She said "I DO..!". Setelah proses penembakan gue yang biasa aja itu. Diawali ketika gue nonton bareng dia dan teman-temannya. Selesai nonton gue dan dia makan. Gue buka semuanya. Eittss.. Cuma omongan, gak sampe ke baju gue. Hehehe.. Intinya pada saat itu gue pengen minta kejelasan sikapnya sekali lagi. Gue cuma pengen tau dia punya perasaan lebih apa nggak. Kalo memang kita ditakdirkan untuk berteman, berarti gue harus move on dengan hidup gue. Dengan kata lain berarti mencoba membuka hati gue buat orang lain.

Agak berat awalnya. Gue gak tau harus mulai darimana. Dia bukan tipikal cewe yang senang basa-basi ternyata. Jadi yang ada begitu gue bilang apa yang gue rasakan, dia juga langsung bilang apa yang dia rasakan. Dengan cara yang standart pula. Gak ada romantis-romantisnya. Malah terkesan kaya orang ngobrol biasa. Hahaha..

Gak pentinglah. Yang terpenting sekarang gue akhirnya bisa menjadikan dia wanita paling spesial buat gue. Berusaha menjalani semuanya dengan keterbukaan. Menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Gak berusaha untuk jadi orang lain. Habis mau gimana lagi, Dia memang wanita yang lurus-lurus aja hidupnya. Sometimes gue merasa kalo saking lurusnya, dia ingin semuanya sesuai dengan keinginan dia. Which is fine with me. Gue gak mau kehilangan orang yang paling gue sayang saat ini cuma karena keegoisan gue juga. Intinya gue mencoba untuk ngasih yang terbaik buat hubungan kita berdua.

Finally gue bisa ngungkapin semuanya. Mungkin ini jawaban yang di kasih Tuhan ke gue. Meski jujur gue masih ngerasa kalo dia ngejalanin hubungan ini dengan banyak ketakutan. Masih wajar sih. Secara perbedaan umur yang cukup jauh antara gue dan dia, memang cukup sanggup juga membuat hubungan jadi agak tidak jelas mau dibawa ke arah mana. Buat gue, ketika gue menjalin hubungan dengan seseorang, gue harus punya 'goal', atau tujuan. Mau ke arah mana hubungan itu dijalani. Masalah jodoh atau tidak itu urusan belakangan. Karena semua udah yang ngatur. Yang penting selama gue ber"relationship" sama dia gue berusaha semaksimal mungkin. Kalo dia selalu takut ngejalanin semuanya, guenya malah jadi ikutan takut gak bisa memenuhi keinginan dia, yang ada kita berdua malah saling menakuti dan jadinya malah takut beneran. Hahaha..

Setelah hampir setengah tahun gue ngejar-ngejar dia gak karuan, akhirnya gue bisa berada di sampingnya. Berjalan beriringan dan saling menautkan kepercayaan. Semoga gue bisa menjaga dia dengan baik. Menjaga hati gue buat dia. Belajar untuk jadi orang yang sedikit bijaksana. Seperti yang diharapkan dia dan teman-temannya. Gue pun berharap sama, dia mau menjaga hatinya hanya buat gue meski gue tahu dia wanita yang sangat membuka hatinya untuk wajah-wajah baru dalam dunia pertemanan dan pergaulan.

Gue akan membiarkan semuanya mengalir apa adanya. Gak mau berharap lebih. Karena gue gak mau ujung-ujungnya ada yang tersakiti. Gak mau terlalu mengumbar janji untuk sebuah hal yang tak pasti. Meski jujur gue akui, gue seperti berjalan di atas awan tanpa kaki. Tak ada pijakan yang kokoh , hanya mengikuti kencangnya angin berhembus di kemudian hari.

Menari bila ingin menari..

Menyanyi bila harus menyanyi..

Bersedih bila saatnya bersedih..

Tertatih bila waktunya tertatih..

Terhenti bila takdirnya terhenti..


Semua memang harus gue jalani dengan sepenuh hati. Bahagia atau tidak itu urusan nanti. Jodoh atau tidak biar waktu yang menjawabnya di akhir perjalanan ini. Yang terpenting sekarang gue sudah sangat bahagia memiliki dia sebagai tambatan hati. Sebagai teman spesial untuk menjalani hari. Sebagai kawan spesial untuk ceriakan hati. Sebagai seorang wanita tersayang paling hakiki. Hihihi..

Buat kamu..

Aku memang bukan siapa-siapa dan mungkin tak berharga. Tapi aku bersyukur punya kamu sebagai seseorang yang teristimewa..


Jakarta.SembilanAprilDuaribudelapan.

Mmm.. Bakpauu..

Gue cuma bisa mematung. Memandanginya dari jarak jauh. Mengawasinya dengan hati yang tak menentu. Menatap bentuk penuh pesona itu. Mata dan hati gue tak henti mengaguminya. Harap cemas di antara sekian banyak manusia yang juga memperhatikannya. Bahkan mungkin terlanjur terkesima dan juga ingin memilikinya. Memiliki wujud yang sudah kuinginkan sejak lama. Wujud unik bernama..

BAKPAU..

Kenapa harus Bakpau? Gue sendiri gak ngerti. Padahal banyak banget yang lebih menggugah selera di dunia ini. Ada Pizza, Donat, Coklat, Combro, Lemper, Roti dan lainnya. Ada banyak banget. Tapi gue gak pernah habis pikir. Kenapa harus jatuh cinta sama Bakpau?

Entahlah! Mungkin karena bentuknya. Mungkin karena warna kulitnya. Atau bahkan mungkin karena isinya.

Awalnya gue gak begitu suka Bakpau. Karena menurut gue Bakpau biasa aja. Gak ada yang spesial. Itu sejatinya. Dulu kala, jauh sebelum gue benar-benar mengenal Bakpau itu dengan cara yang benar. Yup.. semua itu jauh sebelum gue tergoda untuk mulai menyukainya dan sering memimpikan untuk mencintainya.

Mmm..

Bentuknya yang unik membuatnya begitu berbeda. Gak sesempurna bentuk lainnya. Tapi sudah sangat cukup membuat gue bertahan untuk tetap menyukainya. Menginginkannya. Menikmatinya? Pengen sih. Tapi bukan sekarang. Save the best for last lah. Seperti anak kecil yang baru diberi permen unik dan beda dari permen biasanya, pastinya ia akan menyimpannya dan merasa sayang untuk menghabiskannya sampai saatnya tiba. Begitu juga apa yang gue ingin dari Bakpau. Untuk saat ini gue hanya ingin menggenggamnya dalam lindungan tangan gue. Bahkan mungkin membungkusnya rapat dengan lembaran kertas sayang gue. Menjauhkannya dari sentuhan dan gigitan manusia lain. Menjaganya dari lalat nakal sampai saatnya tiba gue menikmatinya.

Warna tubuhnya yang putih itu memang begitu menggoda. Layaknya salju yang tiba-tiba turun di tengah sinar mentari tengah hari buta. Yang lain mungkin lebih putih dari tubuhnya. Tapi entah mengapa gue tetep suka dan gak mau berpaling darinya. Putihnya beda. Entah mengapa gue merasa putih Bakpau yang gue mau itu melambangkan kesuciannya. Bersih. Belum tersentuh kuman dari tangan-tangan jahil manusia yang hendak menginginkannya juga.

Isinya sudah pasti menggugah selera gue. Apapun kandungan di dalamnya sudah sangat tercermin dari auranya yang begitu anggun menggoda gue. Isi yang menyehatkan. Meski sederhana dan apa adanya tapi seakan mampu menghapus rasa penasaran gue akan nilai sebuah kenikmatan. Gak berlebihan tapi sanggup membuat gue ketagihan. Meski terselip kekurangan tapi tetap kuat menyihir gue untuk terus kecanduan. Kualitas isi yang dihasilkan dari racikan bahan-bahan berkualitas buatan Tuhan melalui tangan manusia sejati yang penuh kasih sayang dan pengorbanan.

Gak ada satu hal pun yang sempurna. Dan buat gue, Bakpau yang gue suka masih jauh dari sempurna. Tapi entah mengapa gue mau belajar untuk terus menyukai Bakpau yang tak sempurna dengan cara yang sempurna..

Suatu hal yang pasti adanya. Saat ini gue masih begitu menginginkannya. Meski gue tahu gue belum bisa mendapatkannya. Karena gue belum memenuhi standart untuk menjadi pemilik sejatinya..

Bakpau yang sederhana namun istimewa..


Jakarta.EnamAprilDuaribudelapan.

wHat a dAy..

Namanya Jasmine.

Mungil, cantik, putih, dan sepertinya agak pendiam. Jujur gue akui kalo gue langsung jatuh cinta kepadanya di saat pandangan pertama. Tatapan kosongnya mampu menghipnotis gue untuk mengaguminya. Kehalusan tubuhnya begitu kuat mendorong gue tak henti menyentuhnya dengan cinta. Dekapan eratnya karuan membuat gue tak ingin melepaskan sosoknya dari pelukan gue. Harus gue katakan sejujurnya bahwa ia begitu mempesona.

Tak ada sepatahkatapun terucap dari bibirnya yang manis. Tapi entah mengapa gue bisa merasakan bahwa ia menyukai gue dengan cara yang berbeda. Jasmine yang imut namun sanggup membuat jantung gue cenat-cenut. Jasmine yang cantik, penuh pikat dan daya tarik. Gue yakin setiap orang yang melihatnya pasti langsung bertekuk lutut padanya dan langsung menyayanginya sepenuh hati dan segenap jiwa.

Bukan keelokan yang klise. Semua itu nyata adanya. Semua terangkum indah pada tiap lembar senyum manisnya. Semua tercatat sudah dalam helaian desah nafasnya. Semua terpampang nyata dalam tiap detik tatapan matanya.

Jasmine.

Nama yang indah. Seindah aura yang terpancar dari raut wajahnya.

Gue seakan tak pernah lelah untuk memandangnya. Gue seperti tak pernah tua untuk sekedar menikmati kesempurnaan wujudnya. Gue tak bisa berbohong untuk selalu dan selalu menyiraminya dengan pujian yang bergelora. Berlebihan mungkin, tapi tidak bagi gue.

Pertemuan sesaat yang begitu memikat. Pertautan sejenak yang membuat gue begitu jinak. Persuaan sebentar yang membuat hati gue begitu bergetar.

Semua karena dia. Hanya karena dia. Tak lama namun mampu membuat gue begitu bahagia dan menggebu untuk memilikinya. Meski hanya bayangannya. Meski hanya dalam mimpi dan angan semata. Meski hanya dia dan gue yang tahu, ketika pelukan erat antara kita berdua telah menghantarkan aroma surga dalam tiap detiknya.

Ya. Hanya gue dan Jasmine yang merasa. Hanya kita berdua yang bisa menceritakannya dengan bahasa cinta yang ada.

Hanya gue..

dan..

Jasmine saja..



Jakarta.EnamAprilDuaribudelapan.

She or Her?

Memang gak enak ketika berada di persimpangan dan kita harus memilih arah kiri atau kanan untuk menempuh sebuah perjalanan. Perjalanan hidup gue yang kini berada di titik yang membingungkan.

Dua sosok yang sama indahnya buat gue. Dua sosok yang sama berartinya buat gue. Dua sosok yang memiliki arti lebih buat gue. Sok laku banget kayany gue. Tapi itulah fakta yang terjadi di depan mata.

She, adalah sosok dewasa dan penyayang yang baru gue kenal. Rasa nyaman bersamanya sudah menyihir gue untuk menyimpan rasa sayang buat dia. Walau sejujurnya gue mengenalnya pertama kali ketika dia masih dekat dengan seseorang. Tepatnya ada seseorang yang mendekatinya dan berusaha menjadikannya kekasihnya. Tapi benar kalo orang Jawa bilang witing tresno jalare soko kulino (Kalo gak salah begitu spellingnya_red), cinta bisa hadir ketika kita sering bersama. Kebersamaan gue dengan dia membuat gue merasa dia wanita yang sangat mengasyikan. Dan sampai saatnya gue berani menyatakan semua yang gue rasakan tanpa rasa enggan sedikitpun. Gue akan mulai mendekatinya ketika hubungan dia dan lelaki itu benar-benar sudah di titik penghabisan. Point lebih buat gue ketika dia memang bisa bikin gue seneng menghabiskan waktu sama dia. Sering ketemu, sering jalan walau hanya sekedar untuk nonton atau makan sudah cukup membuat gue melupakan kegalauan gue tentang seorang 'Her'..

Her, adalah sosok yang menarik. Enerjik dan pecicilan. Jauh lebih rame ketimbang 'She' memang. Tapi kalo mau jujur, dia juga sosok yang mampu membius gue untuk ngejar-ngejar dia gak karuan. Sayangnya, gue sampai detik terakhirpun masih diyakinkan dia kalo gue hanya pantas menjadi teman atau sahabat buat dia. Mau bilang apa. Rasa emang gak bisa dipaksa. Meski gue mati-matian mendapatkan cintanya, tapi kalo dianya biasa-biasa aja, malah cuma jadi nyampah. Dia memang pintar memainkan hati gue. Untuk ukuran seorang sahabat, perhatiannya gue rasakan lebih. Untuk ukuran seorang teman baik, apa yang dia lakukan buat gue cukup membuat gue bingung menebak isi hati.

Dan sekarang, entah mengapa gue jadi tak tahu harus mengambil pilihan yang mana. Karena keduanya begitu mempesona. Keduanya dengan caranya masing-masing selalu bisa membuat hati gue berbunga-bunga. Dan keduanya adalah sosok wanita yang diinginkan banyak kaum pria. Sebagai pendamping hidupnya..

She, yang dewasa?
Atau..
Her, yang ceria?

Entah apa jawaban yang dikirim Tuhan buat gue. Tapi yang pasti, gue akan menunggu 'lembar jawaban' itu tiba. Ketika sang waktu mengirimkannya dengan sebuah amplop cinta..


Jakarta.EmpatAprilDuaribudelapan.

Searching For The Missing Soul

Ketika Cinta Bertasbih. Selesai sudah gue melahap ke dua bukunya sekaligus. What a book.. Satu hal yang pasti gue makin merindukan sosok yang bisa jadi pendamping hidup gue kelak. Jadi ngarep dapet model cewe yang ada di novel itu. The problem is, apa masih ada yah di jaman yang serba modern dan gak jelas ini. Mmm.. sebagian hati gue masih yakin kalo itu bukan hal yang mustahil. Meski mungkin satu banding sejuta.

Ketika gue membaca buku itu, gue seakan bermain dengan alam bawah sadar gue. Terseret pada asa yang tak tentu arah. Gue tau gue bukan sosok yang sempurna, tapi gue mencari sosok yang bisa membantu gue menjadi sempurna dan menyempurnakan hidup dan agama yang gue punya. Sosok wanita yang mau berbagi suka dan duka, bukan hanya senang tertawa namun tak mau menangis dalam derita. Meski dia bukan wanita yang sempurna, namun sebagian hati gue berteriak gembira dan berujar kalo dia bisa menjadikan gue sempurna. Dengan cintanya.

Sayangnya, semakin hari gue malah semakin seperti orang buta. Hanya bisa meraba dan meraba. Bermain dengan spekulasi dan perasaan yang makin menyiksa. Cinta atau hanya teman biasa. Sayang atau hanya nyaman ketika bersama. Suka atau hanya kebiasaan supel semata. Gue memang menjadi orang yang buta ketika berhadapan dengannya.

Sayangnya gue harus bersikap. Walau gue tahu gue bakal kehilangan sosok itu, mungkin untuk selamanya. Maaf. Tapi sepertinya gue memang harus pergi dan hilang dari dunianya. Gue gak mau merusak semuanya. Gue belum bisa menghilangkan rasa sayang gue ke dia. Dan gue gak mau itu merusak nilai persahabatan yang coba gue jalin dengannya. Apalah artinya pertemanan kalo nyatanya gue masih berharap asa yang lebih dari dirinya. Apalah arti persahabatan kalo gue masih menginginkan dia menjadi belahan jiwa.

Saatnya gue untuk bergerak. Gak mau tertambat pada sebatang pohon anggrek, yang meski indah dan harum tapi gak pernah jadi milik gue. Gue makin yakin kalo sikapnya gak akan berujung pada sebuah keindahan. Gue ragu kalo dia bakal merubah arah stirnya dari seorang teman menjadi seorang kekasih. Gue memang cuma teman yang tak boleh berharap. Gue hanya someone yang gak akan pernah jadi something buat dirinya.

Yup! Gue memang harus bisa memilih mana yang terbaik. Terutama buat dia. Dan sepertinya menghilang dari hadapannya merupakan hal terbaik yang harus gue tempuh pada akhirnya. Dia bisa lebih bebas menjalani harinya. Dia bisa menjadi seorang yang sempurna tanpa gue yang cuma nyampah tanpa guna.

Hahahaha.. Terdengar menjijikan mungkin. Tapi semua yang gue rasa memang membuat gak tau harus berbuat apa. Gak peduli orang mau bilang apa. Gue hanya ingin dia bahagia tanpa gue di sisinya. Gue hanya ingin dia mencinta orang yang hanya di hatinya. Cape jadi pengganggu yang gak jelas juntrungannya. Lelah jadi pejantan yang gak akan pernah diterima sang betina.

Maafkan aku cinta. Maafkan aku masih memendam itu semuanya. Maaf aku merusak semua yang coba kita bina. Maafkan aku yang ternyata tak bisa menata hati dengan sempurna. Maafkan aku tak bisa menemani kamu sampai waktunya. Maafkan.. Itu saja.

Dan..

Maafkan aku harus pergi. Yakinlah, semua itu aku lakukan hanya untuk buat kamu bahagia..

Dan..

Mungkin saatnya gue kembali mencari belahan hati gue yang hilang. Entah dimana dan entah kapan saatnya.

I'm gonna miss u..

That's for sure..


jakarta.duasatumaretduaribudelapan.