Horeeeeeee..
Fuiihh.. Finally..
Tanggal 7 April 2008. Malam hari. Dimobil gue perjalan pulang ke rumahnya. She said "I DO..!". Setelah proses penembakan gue yang biasa aja itu. Diawali ketika gue nonton bareng dia dan teman-temannya. Selesai nonton gue dan dia makan. Gue buka semuanya. Eittss.. Cuma omongan, gak sampe ke baju gue. Hehehe.. Intinya pada saat itu gue pengen minta kejelasan sikapnya sekali lagi. Gue cuma pengen tau dia punya perasaan lebih apa nggak. Kalo memang kita ditakdirkan untuk berteman, berarti gue harus move on dengan hidup gue. Dengan kata lain berarti mencoba membuka hati gue buat orang lain.
Agak berat awalnya. Gue gak tau harus mulai darimana. Dia bukan tipikal cewe yang senang basa-basi ternyata. Jadi yang ada begitu gue bilang apa yang gue rasakan, dia juga langsung bilang apa yang dia rasakan. Dengan cara yang standart pula. Gak ada romantis-romantisnya. Malah terkesan kaya orang ngobrol biasa. Hahaha..
Gak pentinglah. Yang terpenting sekarang gue akhirnya bisa menjadikan dia wanita paling spesial buat gue. Berusaha menjalani semuanya dengan keterbukaan. Menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Gak berusaha untuk jadi orang lain. Habis mau gimana lagi, Dia memang wanita yang lurus-lurus aja hidupnya. Sometimes gue merasa kalo saking lurusnya, dia ingin semuanya sesuai dengan keinginan dia. Which is fine with me. Gue gak mau kehilangan orang yang paling gue sayang saat ini cuma karena keegoisan gue juga. Intinya gue mencoba untuk ngasih yang terbaik buat hubungan kita berdua.
Finally gue bisa ngungkapin semuanya. Mungkin ini jawaban yang di kasih Tuhan ke gue. Meski jujur gue masih ngerasa kalo dia ngejalanin hubungan ini dengan banyak ketakutan. Masih wajar sih. Secara perbedaan umur yang cukup jauh antara gue dan dia, memang cukup sanggup juga membuat hubungan jadi agak tidak jelas mau dibawa ke arah mana. Buat gue, ketika gue menjalin hubungan dengan seseorang, gue harus punya 'goal', atau tujuan. Mau ke arah mana hubungan itu dijalani. Masalah jodoh atau tidak itu urusan belakangan. Karena semua udah yang ngatur. Yang penting selama gue ber"relationship" sama dia gue berusaha semaksimal mungkin. Kalo dia selalu takut ngejalanin semuanya, guenya malah jadi ikutan takut gak bisa memenuhi keinginan dia, yang ada kita berdua malah saling menakuti dan jadinya malah takut beneran. Hahaha..
Setelah hampir setengah tahun gue ngejar-ngejar dia gak karuan, akhirnya gue bisa berada di sampingnya. Berjalan beriringan dan saling menautkan kepercayaan. Semoga gue bisa menjaga dia dengan baik. Menjaga hati gue buat dia. Belajar untuk jadi orang yang sedikit bijaksana. Seperti yang diharapkan dia dan teman-temannya. Gue pun berharap sama, dia mau menjaga hatinya hanya buat gue meski gue tahu dia wanita yang sangat membuka hatinya untuk wajah-wajah baru dalam dunia pertemanan dan pergaulan.
Gue akan membiarkan semuanya mengalir apa adanya. Gak mau berharap lebih. Karena gue gak mau ujung-ujungnya ada yang tersakiti. Gak mau terlalu mengumbar janji untuk sebuah hal yang tak pasti. Meski jujur gue akui, gue seperti berjalan di atas awan tanpa kaki. Tak ada pijakan yang kokoh , hanya mengikuti kencangnya angin berhembus di kemudian hari.
Menari bila ingin menari..
Menyanyi bila harus menyanyi..
Bersedih bila saatnya bersedih..
Tertatih bila waktunya tertatih..
Terhenti bila takdirnya terhenti..
Semua memang harus gue jalani dengan sepenuh hati. Bahagia atau tidak itu urusan nanti. Jodoh atau tidak biar waktu yang menjawabnya di akhir perjalanan ini. Yang terpenting sekarang gue sudah sangat bahagia memiliki dia sebagai tambatan hati. Sebagai teman spesial untuk menjalani hari. Sebagai kawan spesial untuk ceriakan hati. Sebagai seorang wanita tersayang paling hakiki. Hihihi..
Buat kamu..
Aku memang bukan siapa-siapa dan mungkin tak berharga. Tapi aku bersyukur punya kamu sebagai seseorang yang teristimewa..
Jakarta.SembilanAprilDuaribudelapan.
Fuiihh.. Finally..
Tanggal 7 April 2008. Malam hari. Dimobil gue perjalan pulang ke rumahnya. She said "I DO..!". Setelah proses penembakan gue yang biasa aja itu. Diawali ketika gue nonton bareng dia dan teman-temannya. Selesai nonton gue dan dia makan. Gue buka semuanya. Eittss.. Cuma omongan, gak sampe ke baju gue. Hehehe.. Intinya pada saat itu gue pengen minta kejelasan sikapnya sekali lagi. Gue cuma pengen tau dia punya perasaan lebih apa nggak. Kalo memang kita ditakdirkan untuk berteman, berarti gue harus move on dengan hidup gue. Dengan kata lain berarti mencoba membuka hati gue buat orang lain.
Agak berat awalnya. Gue gak tau harus mulai darimana. Dia bukan tipikal cewe yang senang basa-basi ternyata. Jadi yang ada begitu gue bilang apa yang gue rasakan, dia juga langsung bilang apa yang dia rasakan. Dengan cara yang standart pula. Gak ada romantis-romantisnya. Malah terkesan kaya orang ngobrol biasa. Hahaha..
Gak pentinglah. Yang terpenting sekarang gue akhirnya bisa menjadikan dia wanita paling spesial buat gue. Berusaha menjalani semuanya dengan keterbukaan. Menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Gak berusaha untuk jadi orang lain. Habis mau gimana lagi, Dia memang wanita yang lurus-lurus aja hidupnya. Sometimes gue merasa kalo saking lurusnya, dia ingin semuanya sesuai dengan keinginan dia. Which is fine with me. Gue gak mau kehilangan orang yang paling gue sayang saat ini cuma karena keegoisan gue juga. Intinya gue mencoba untuk ngasih yang terbaik buat hubungan kita berdua.
Finally gue bisa ngungkapin semuanya. Mungkin ini jawaban yang di kasih Tuhan ke gue. Meski jujur gue masih ngerasa kalo dia ngejalanin hubungan ini dengan banyak ketakutan. Masih wajar sih. Secara perbedaan umur yang cukup jauh antara gue dan dia, memang cukup sanggup juga membuat hubungan jadi agak tidak jelas mau dibawa ke arah mana. Buat gue, ketika gue menjalin hubungan dengan seseorang, gue harus punya 'goal', atau tujuan. Mau ke arah mana hubungan itu dijalani. Masalah jodoh atau tidak itu urusan belakangan. Karena semua udah yang ngatur. Yang penting selama gue ber"relationship" sama dia gue berusaha semaksimal mungkin. Kalo dia selalu takut ngejalanin semuanya, guenya malah jadi ikutan takut gak bisa memenuhi keinginan dia, yang ada kita berdua malah saling menakuti dan jadinya malah takut beneran. Hahaha..
Setelah hampir setengah tahun gue ngejar-ngejar dia gak karuan, akhirnya gue bisa berada di sampingnya. Berjalan beriringan dan saling menautkan kepercayaan. Semoga gue bisa menjaga dia dengan baik. Menjaga hati gue buat dia. Belajar untuk jadi orang yang sedikit bijaksana. Seperti yang diharapkan dia dan teman-temannya. Gue pun berharap sama, dia mau menjaga hatinya hanya buat gue meski gue tahu dia wanita yang sangat membuka hatinya untuk wajah-wajah baru dalam dunia pertemanan dan pergaulan.
Gue akan membiarkan semuanya mengalir apa adanya. Gak mau berharap lebih. Karena gue gak mau ujung-ujungnya ada yang tersakiti. Gak mau terlalu mengumbar janji untuk sebuah hal yang tak pasti. Meski jujur gue akui, gue seperti berjalan di atas awan tanpa kaki. Tak ada pijakan yang kokoh , hanya mengikuti kencangnya angin berhembus di kemudian hari.
Menari bila ingin menari..
Menyanyi bila harus menyanyi..
Bersedih bila saatnya bersedih..
Tertatih bila waktunya tertatih..
Terhenti bila takdirnya terhenti..
Semua memang harus gue jalani dengan sepenuh hati. Bahagia atau tidak itu urusan nanti. Jodoh atau tidak biar waktu yang menjawabnya di akhir perjalanan ini. Yang terpenting sekarang gue sudah sangat bahagia memiliki dia sebagai tambatan hati. Sebagai teman spesial untuk menjalani hari. Sebagai kawan spesial untuk ceriakan hati. Sebagai seorang wanita tersayang paling hakiki. Hihihi..
Buat kamu..
Aku memang bukan siapa-siapa dan mungkin tak berharga. Tapi aku bersyukur punya kamu sebagai seseorang yang teristimewa..
Jakarta.SembilanAprilDuaribudelapan.