Ketika Cinta Bertasbih. Selesai sudah gue melahap ke dua bukunya sekaligus. What a book.. Satu hal yang pasti gue makin merindukan sosok yang bisa jadi pendamping hidup gue kelak. Jadi ngarep dapet model cewe yang ada di novel itu. The problem is, apa masih ada yah di jaman yang serba modern dan gak jelas ini. Mmm.. sebagian hati gue masih yakin kalo itu bukan hal yang mustahil. Meski mungkin satu banding sejuta.
Ketika gue membaca buku itu, gue seakan bermain dengan alam bawah sadar gue. Terseret pada asa yang tak tentu arah. Gue tau gue bukan sosok yang sempurna, tapi gue mencari sosok yang bisa membantu gue menjadi sempurna dan menyempurnakan hidup dan agama yang gue punya. Sosok wanita yang mau berbagi suka dan duka, bukan hanya senang tertawa namun tak mau menangis dalam derita. Meski dia bukan wanita yang sempurna, namun sebagian hati gue berteriak gembira dan berujar kalo dia bisa menjadikan gue sempurna. Dengan cintanya.
Sayangnya, semakin hari gue malah semakin seperti orang buta. Hanya bisa meraba dan meraba. Bermain dengan spekulasi dan perasaan yang makin menyiksa. Cinta atau hanya teman biasa. Sayang atau hanya nyaman ketika bersama. Suka atau hanya kebiasaan supel semata. Gue memang menjadi orang yang buta ketika berhadapan dengannya.
Sayangnya gue harus bersikap. Walau gue tahu gue bakal kehilangan sosok itu, mungkin untuk selamanya. Maaf. Tapi sepertinya gue memang harus pergi dan hilang dari dunianya. Gue gak mau merusak semuanya. Gue belum bisa menghilangkan rasa sayang gue ke dia. Dan gue gak mau itu merusak nilai persahabatan yang coba gue jalin dengannya. Apalah artinya pertemanan kalo nyatanya gue masih berharap asa yang lebih dari dirinya. Apalah arti persahabatan kalo gue masih menginginkan dia menjadi belahan jiwa.
Saatnya gue untuk bergerak. Gak mau tertambat pada sebatang pohon anggrek, yang meski indah dan harum tapi gak pernah jadi milik gue. Gue makin yakin kalo sikapnya gak akan berujung pada sebuah keindahan. Gue ragu kalo dia bakal merubah arah stirnya dari seorang teman menjadi seorang kekasih. Gue memang cuma teman yang tak boleh berharap. Gue hanya someone yang gak akan pernah jadi something buat dirinya.
Yup! Gue memang harus bisa memilih mana yang terbaik. Terutama buat dia. Dan sepertinya menghilang dari hadapannya merupakan hal terbaik yang harus gue tempuh pada akhirnya. Dia bisa lebih bebas menjalani harinya. Dia bisa menjadi seorang yang sempurna tanpa gue yang cuma nyampah tanpa guna.
Hahahaha.. Terdengar menjijikan mungkin. Tapi semua yang gue rasa memang membuat gak tau harus berbuat apa. Gak peduli orang mau bilang apa. Gue hanya ingin dia bahagia tanpa gue di sisinya. Gue hanya ingin dia mencinta orang yang hanya di hatinya. Cape jadi pengganggu yang gak jelas juntrungannya. Lelah jadi pejantan yang gak akan pernah diterima sang betina.
Maafkan aku cinta. Maafkan aku masih memendam itu semuanya. Maaf aku merusak semua yang coba kita bina. Maafkan aku yang ternyata tak bisa menata hati dengan sempurna. Maafkan aku tak bisa menemani kamu sampai waktunya. Maafkan.. Itu saja.
Dan..
Maafkan aku harus pergi. Yakinlah, semua itu aku lakukan hanya untuk buat kamu bahagia..
Dan..
Mungkin saatnya gue kembali mencari belahan hati gue yang hilang. Entah dimana dan entah kapan saatnya.
I'm gonna miss u..
That's for sure..
jakarta.duasatumaretduaribudelapan.
Ketika gue membaca buku itu, gue seakan bermain dengan alam bawah sadar gue. Terseret pada asa yang tak tentu arah. Gue tau gue bukan sosok yang sempurna, tapi gue mencari sosok yang bisa membantu gue menjadi sempurna dan menyempurnakan hidup dan agama yang gue punya. Sosok wanita yang mau berbagi suka dan duka, bukan hanya senang tertawa namun tak mau menangis dalam derita. Meski dia bukan wanita yang sempurna, namun sebagian hati gue berteriak gembira dan berujar kalo dia bisa menjadikan gue sempurna. Dengan cintanya.
Sayangnya, semakin hari gue malah semakin seperti orang buta. Hanya bisa meraba dan meraba. Bermain dengan spekulasi dan perasaan yang makin menyiksa. Cinta atau hanya teman biasa. Sayang atau hanya nyaman ketika bersama. Suka atau hanya kebiasaan supel semata. Gue memang menjadi orang yang buta ketika berhadapan dengannya.
Sayangnya gue harus bersikap. Walau gue tahu gue bakal kehilangan sosok itu, mungkin untuk selamanya. Maaf. Tapi sepertinya gue memang harus pergi dan hilang dari dunianya. Gue gak mau merusak semuanya. Gue belum bisa menghilangkan rasa sayang gue ke dia. Dan gue gak mau itu merusak nilai persahabatan yang coba gue jalin dengannya. Apalah artinya pertemanan kalo nyatanya gue masih berharap asa yang lebih dari dirinya. Apalah arti persahabatan kalo gue masih menginginkan dia menjadi belahan jiwa.
Saatnya gue untuk bergerak. Gak mau tertambat pada sebatang pohon anggrek, yang meski indah dan harum tapi gak pernah jadi milik gue. Gue makin yakin kalo sikapnya gak akan berujung pada sebuah keindahan. Gue ragu kalo dia bakal merubah arah stirnya dari seorang teman menjadi seorang kekasih. Gue memang cuma teman yang tak boleh berharap. Gue hanya someone yang gak akan pernah jadi something buat dirinya.
Yup! Gue memang harus bisa memilih mana yang terbaik. Terutama buat dia. Dan sepertinya menghilang dari hadapannya merupakan hal terbaik yang harus gue tempuh pada akhirnya. Dia bisa lebih bebas menjalani harinya. Dia bisa menjadi seorang yang sempurna tanpa gue yang cuma nyampah tanpa guna.
Hahahaha.. Terdengar menjijikan mungkin. Tapi semua yang gue rasa memang membuat gak tau harus berbuat apa. Gak peduli orang mau bilang apa. Gue hanya ingin dia bahagia tanpa gue di sisinya. Gue hanya ingin dia mencinta orang yang hanya di hatinya. Cape jadi pengganggu yang gak jelas juntrungannya. Lelah jadi pejantan yang gak akan pernah diterima sang betina.
Maafkan aku cinta. Maafkan aku masih memendam itu semuanya. Maaf aku merusak semua yang coba kita bina. Maafkan aku yang ternyata tak bisa menata hati dengan sempurna. Maafkan aku tak bisa menemani kamu sampai waktunya. Maafkan.. Itu saja.
Dan..
Maafkan aku harus pergi. Yakinlah, semua itu aku lakukan hanya untuk buat kamu bahagia..
Dan..
Mungkin saatnya gue kembali mencari belahan hati gue yang hilang. Entah dimana dan entah kapan saatnya.
I'm gonna miss u..
That's for sure..
jakarta.duasatumaretduaribudelapan.