Gue cuma bisa mematung. Memandanginya dari jarak jauh. Mengawasinya dengan hati yang tak menentu. Menatap bentuk penuh pesona itu. Mata dan hati gue tak henti mengaguminya. Harap cemas di antara sekian banyak manusia yang juga memperhatikannya. Bahkan mungkin terlanjur terkesima dan juga ingin memilikinya. Memiliki wujud yang sudah kuinginkan sejak lama. Wujud unik bernama..
BAKPAU..
Kenapa harus Bakpau? Gue sendiri gak ngerti. Padahal banyak banget yang lebih menggugah selera di dunia ini. Ada Pizza, Donat, Coklat, Combro, Lemper, Roti dan lainnya. Ada banyak banget. Tapi gue gak pernah habis pikir. Kenapa harus jatuh cinta sama Bakpau?
Entahlah! Mungkin karena bentuknya. Mungkin karena warna kulitnya. Atau bahkan mungkin karena isinya.
Awalnya gue gak begitu suka Bakpau. Karena menurut gue Bakpau biasa aja. Gak ada yang spesial. Itu sejatinya. Dulu kala, jauh sebelum gue benar-benar mengenal Bakpau itu dengan cara yang benar. Yup.. semua itu jauh sebelum gue tergoda untuk mulai menyukainya dan sering memimpikan untuk mencintainya.
Mmm..
Bentuknya yang unik membuatnya begitu berbeda. Gak sesempurna bentuk lainnya. Tapi sudah sangat cukup membuat gue bertahan untuk tetap menyukainya. Menginginkannya. Menikmatinya? Pengen sih. Tapi bukan sekarang. Save the best for last lah. Seperti anak kecil yang baru diberi permen unik dan beda dari permen biasanya, pastinya ia akan menyimpannya dan merasa sayang untuk menghabiskannya sampai saatnya tiba. Begitu juga apa yang gue ingin dari Bakpau. Untuk saat ini gue hanya ingin menggenggamnya dalam lindungan tangan gue. Bahkan mungkin membungkusnya rapat dengan lembaran kertas sayang gue. Menjauhkannya dari sentuhan dan gigitan manusia lain. Menjaganya dari lalat nakal sampai saatnya tiba gue menikmatinya.
Warna tubuhnya yang putih itu memang begitu menggoda. Layaknya salju yang tiba-tiba turun di tengah sinar mentari tengah hari buta. Yang lain mungkin lebih putih dari tubuhnya. Tapi entah mengapa gue tetep suka dan gak mau berpaling darinya. Putihnya beda. Entah mengapa gue merasa putih Bakpau yang gue mau itu melambangkan kesuciannya. Bersih. Belum tersentuh kuman dari tangan-tangan jahil manusia yang hendak menginginkannya juga.
Isinya sudah pasti menggugah selera gue. Apapun kandungan di dalamnya sudah sangat tercermin dari auranya yang begitu anggun menggoda gue. Isi yang menyehatkan. Meski sederhana dan apa adanya tapi seakan mampu menghapus rasa penasaran gue akan nilai sebuah kenikmatan. Gak berlebihan tapi sanggup membuat gue ketagihan. Meski terselip kekurangan tapi tetap kuat menyihir gue untuk terus kecanduan. Kualitas isi yang dihasilkan dari racikan bahan-bahan berkualitas buatan Tuhan melalui tangan manusia sejati yang penuh kasih sayang dan pengorbanan.
Gak ada satu hal pun yang sempurna. Dan buat gue, Bakpau yang gue suka masih jauh dari sempurna. Tapi entah mengapa gue mau belajar untuk terus menyukai Bakpau yang tak sempurna dengan cara yang sempurna..
Suatu hal yang pasti adanya. Saat ini gue masih begitu menginginkannya. Meski gue tahu gue belum bisa mendapatkannya. Karena gue belum memenuhi standart untuk menjadi pemilik sejatinya..
Bakpau yang sederhana namun istimewa..
Jakarta.EnamAprilDuaribudelapan.
BAKPAU..
Kenapa harus Bakpau? Gue sendiri gak ngerti. Padahal banyak banget yang lebih menggugah selera di dunia ini. Ada Pizza, Donat, Coklat, Combro, Lemper, Roti dan lainnya. Ada banyak banget. Tapi gue gak pernah habis pikir. Kenapa harus jatuh cinta sama Bakpau?
Entahlah! Mungkin karena bentuknya. Mungkin karena warna kulitnya. Atau bahkan mungkin karena isinya.
Awalnya gue gak begitu suka Bakpau. Karena menurut gue Bakpau biasa aja. Gak ada yang spesial. Itu sejatinya. Dulu kala, jauh sebelum gue benar-benar mengenal Bakpau itu dengan cara yang benar. Yup.. semua itu jauh sebelum gue tergoda untuk mulai menyukainya dan sering memimpikan untuk mencintainya.
Mmm..
Bentuknya yang unik membuatnya begitu berbeda. Gak sesempurna bentuk lainnya. Tapi sudah sangat cukup membuat gue bertahan untuk tetap menyukainya. Menginginkannya. Menikmatinya? Pengen sih. Tapi bukan sekarang. Save the best for last lah. Seperti anak kecil yang baru diberi permen unik dan beda dari permen biasanya, pastinya ia akan menyimpannya dan merasa sayang untuk menghabiskannya sampai saatnya tiba. Begitu juga apa yang gue ingin dari Bakpau. Untuk saat ini gue hanya ingin menggenggamnya dalam lindungan tangan gue. Bahkan mungkin membungkusnya rapat dengan lembaran kertas sayang gue. Menjauhkannya dari sentuhan dan gigitan manusia lain. Menjaganya dari lalat nakal sampai saatnya tiba gue menikmatinya.
Warna tubuhnya yang putih itu memang begitu menggoda. Layaknya salju yang tiba-tiba turun di tengah sinar mentari tengah hari buta. Yang lain mungkin lebih putih dari tubuhnya. Tapi entah mengapa gue tetep suka dan gak mau berpaling darinya. Putihnya beda. Entah mengapa gue merasa putih Bakpau yang gue mau itu melambangkan kesuciannya. Bersih. Belum tersentuh kuman dari tangan-tangan jahil manusia yang hendak menginginkannya juga.
Isinya sudah pasti menggugah selera gue. Apapun kandungan di dalamnya sudah sangat tercermin dari auranya yang begitu anggun menggoda gue. Isi yang menyehatkan. Meski sederhana dan apa adanya tapi seakan mampu menghapus rasa penasaran gue akan nilai sebuah kenikmatan. Gak berlebihan tapi sanggup membuat gue ketagihan. Meski terselip kekurangan tapi tetap kuat menyihir gue untuk terus kecanduan. Kualitas isi yang dihasilkan dari racikan bahan-bahan berkualitas buatan Tuhan melalui tangan manusia sejati yang penuh kasih sayang dan pengorbanan.
Gak ada satu hal pun yang sempurna. Dan buat gue, Bakpau yang gue suka masih jauh dari sempurna. Tapi entah mengapa gue mau belajar untuk terus menyukai Bakpau yang tak sempurna dengan cara yang sempurna..
Suatu hal yang pasti adanya. Saat ini gue masih begitu menginginkannya. Meski gue tahu gue belum bisa mendapatkannya. Karena gue belum memenuhi standart untuk menjadi pemilik sejatinya..
Bakpau yang sederhana namun istimewa..
Jakarta.EnamAprilDuaribudelapan.