Namanya Jasmine.
Mungil, cantik, putih, dan sepertinya agak pendiam. Jujur gue akui kalo gue langsung jatuh cinta kepadanya di saat pandangan pertama. Tatapan kosongnya mampu menghipnotis gue untuk mengaguminya. Kehalusan tubuhnya begitu kuat mendorong gue tak henti menyentuhnya dengan cinta. Dekapan eratnya karuan membuat gue tak ingin melepaskan sosoknya dari pelukan gue. Harus gue katakan sejujurnya bahwa ia begitu mempesona.
Tak ada sepatahkatapun terucap dari bibirnya yang manis. Tapi entah mengapa gue bisa merasakan bahwa ia menyukai gue dengan cara yang berbeda. Jasmine yang imut namun sanggup membuat jantung gue cenat-cenut. Jasmine yang cantik, penuh pikat dan daya tarik. Gue yakin setiap orang yang melihatnya pasti langsung bertekuk lutut padanya dan langsung menyayanginya sepenuh hati dan segenap jiwa.
Bukan keelokan yang klise. Semua itu nyata adanya. Semua terangkum indah pada tiap lembar senyum manisnya. Semua tercatat sudah dalam helaian desah nafasnya. Semua terpampang nyata dalam tiap detik tatapan matanya.
Jasmine.
Nama yang indah. Seindah aura yang terpancar dari raut wajahnya.
Gue seakan tak pernah lelah untuk memandangnya. Gue seperti tak pernah tua untuk sekedar menikmati kesempurnaan wujudnya. Gue tak bisa berbohong untuk selalu dan selalu menyiraminya dengan pujian yang bergelora. Berlebihan mungkin, tapi tidak bagi gue.
Pertemuan sesaat yang begitu memikat. Pertautan sejenak yang membuat gue begitu jinak. Persuaan sebentar yang membuat hati gue begitu bergetar.
Semua karena dia. Hanya karena dia. Tak lama namun mampu membuat gue begitu bahagia dan menggebu untuk memilikinya. Meski hanya bayangannya. Meski hanya dalam mimpi dan angan semata. Meski hanya dia dan gue yang tahu, ketika pelukan erat antara kita berdua telah menghantarkan aroma surga dalam tiap detiknya.
Ya. Hanya gue dan Jasmine yang merasa. Hanya kita berdua yang bisa menceritakannya dengan bahasa cinta yang ada.
Hanya gue..
dan..
Jasmine saja..
Jakarta.EnamAprilDuaribudelapan.
Mungil, cantik, putih, dan sepertinya agak pendiam. Jujur gue akui kalo gue langsung jatuh cinta kepadanya di saat pandangan pertama. Tatapan kosongnya mampu menghipnotis gue untuk mengaguminya. Kehalusan tubuhnya begitu kuat mendorong gue tak henti menyentuhnya dengan cinta. Dekapan eratnya karuan membuat gue tak ingin melepaskan sosoknya dari pelukan gue. Harus gue katakan sejujurnya bahwa ia begitu mempesona.
Tak ada sepatahkatapun terucap dari bibirnya yang manis. Tapi entah mengapa gue bisa merasakan bahwa ia menyukai gue dengan cara yang berbeda. Jasmine yang imut namun sanggup membuat jantung gue cenat-cenut. Jasmine yang cantik, penuh pikat dan daya tarik. Gue yakin setiap orang yang melihatnya pasti langsung bertekuk lutut padanya dan langsung menyayanginya sepenuh hati dan segenap jiwa.
Bukan keelokan yang klise. Semua itu nyata adanya. Semua terangkum indah pada tiap lembar senyum manisnya. Semua tercatat sudah dalam helaian desah nafasnya. Semua terpampang nyata dalam tiap detik tatapan matanya.
Jasmine.
Nama yang indah. Seindah aura yang terpancar dari raut wajahnya.
Gue seakan tak pernah lelah untuk memandangnya. Gue seperti tak pernah tua untuk sekedar menikmati kesempurnaan wujudnya. Gue tak bisa berbohong untuk selalu dan selalu menyiraminya dengan pujian yang bergelora. Berlebihan mungkin, tapi tidak bagi gue.
Pertemuan sesaat yang begitu memikat. Pertautan sejenak yang membuat gue begitu jinak. Persuaan sebentar yang membuat hati gue begitu bergetar.
Semua karena dia. Hanya karena dia. Tak lama namun mampu membuat gue begitu bahagia dan menggebu untuk memilikinya. Meski hanya bayangannya. Meski hanya dalam mimpi dan angan semata. Meski hanya dia dan gue yang tahu, ketika pelukan erat antara kita berdua telah menghantarkan aroma surga dalam tiap detiknya.
Ya. Hanya gue dan Jasmine yang merasa. Hanya kita berdua yang bisa menceritakannya dengan bahasa cinta yang ada.
Hanya gue..
dan..
Jasmine saja..
Jakarta.EnamAprilDuaribudelapan.